Dibuat oleh :
Siti Nurhayati, S.Pd.SD
SDN Dawung 1, Kecamatan Jenar
Kabupaten Sragen
Assalamu’alaikum, wr, wb.
Alhamdulillah, jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB,
saatnya saya mengikuti kuliah malam yang pastinya kuliah malam ini akan memberi berjuta-juta manfaat baik dari
segi pengetahuan dan juga wawasanku.
Kuliah malam ini merupakan kuliah online yang ke empat.
Malam ini terasa sangat berbeda, karena saya merasa kurang sehat. Tetapi karena
semangatku yang menggebu – gebu maka sakitku tidak menjadi penghalangku.
Seperti biasanya kuliah malam ini di mulai pukul 19.00
WIB s/d pukul 21.00 WIB,terbagi dalam dua sesi yaitu sesi pertama tentang
pemaparan materi dari ibu Emi Sudarwati dan sesi ke dua tentang tanya jawab
dengan di pandu oleh seorang ibu moderator yang hebat yaitu ibu Fatimah.
Kuliah pada malam ini bersama dengan seorang penulis yang
luar biasa ,yang handal yaitu ibu Emi Sudarwati. Adapun tema yang akan beliau
angkat pada malam hari ini yaitu tentang “ Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
“ sebuah tema yang sangat luar biasa , yang tentunya akan sangat memberikan manfaat
untuk kita semua. Ibu Emi adalah seorang guru Bahasa jawa di sebuah SMPN 1
Baureno Bojonegoro, Jawa Timur. Beliau adalah pegiat Literasi guru dan siswa Indonesia.
Sudah lebih dari 460 buku ber-ISBN yang beliau tulis. Bagaimana beliau bisa
menjadi seorang penulis yang hebat?yang mampu mendapatkan juara 1 peraih
inobelnas?Tentunya semua itu tidak beliau dapatkan dengan cara yang mudah.
Pada tahun 2013 ibu Emi bergabung dengan sebuah kelompok
penulis di Bojonegoro. Kelompok itu di beri nama PSBJ ( Pamarsudi Sastra Jawi
Bojonegoro ) Di sanalah para penulis dapat berjumpa dan berkenalan dengan
penulis – penulis senior. Seperti : JFX. Hoery ( Padangan – Bojonegoro),
Sunaryata Soemardjo ( Ngimbang – Lamongan ), Nono warnono ( Gajah Indah –
Bojonegoro ), Gampang Prawoto ( Sumberrejo – Bojonegoro ), Sri setyo Rahayu (
Surabaya ), almarhum Anas AG ( Pemred Radar Bojonegoro – waktu itu ), dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Dari orang – orang hebat di dunia tulis – menulis itu,
akhirnya ibu Emi mendapatkan pencerahan. Bahwa karya siswa yang terkumpul bisa
di terbitkan dengan ISBN ( Internasional Standart Book Nomber )
Pada awal tahun 2014 ibu Emi berhasil menerbitkan kumpulan
Cerkak. Lebih hebatnya lagi kumpulan cerkak itu tidak ibu Emi terbitkan
sendirian melainkan bersama siswa SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG.
Pada penghujung tahun 2014 ibu Emi kembali bekerja
bersama dengan PSJB, Penulis menerbitkan buku karya ibu Emi Sudarwati dan siswa
SMPN 1 Baureno. Alhamdulillah sekali, saat itu karya ibu Emi di sambut sangat
baik oleh kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati Bojonegoro
saat itu.
Saat itu ada salah satu wartawan radar Bojonegoro yang
sampai mendatangi tempat di mana ibu Emi bekerja. Alhasil keesokan harinya
tayang di surat kabar harian radar Bojonegoro yang sangat terkenal saat itu.
Dari sanalah, semua penasaran dengan hasil karya siswa tersebut. Sehingga toko
Buku Nusantara Bojonegoro banyak di serbu pembeli buku, Karena semua tertarik
ingin sekali membaca dan belajar menulis, serta ingin tahu bagaimana cara
menerbitkan buku.
Buku karya ibu Emi Sudarwati dan siswa SMPN 1 Baureno
ternyata mampu menginspirasi bagi banyak sekolah. Bukan hanya di Bojonegoro,
namun juga di kabupaten lainnya. Sehingga ibu Emi Sudarwati sering di
wawancarai wartawan dari berbagai media, baik dari cetak maupun online.
Akhirnya bisa tampil di berbagai media tanpa harus membayar sepeserpun. Wah,
benar – benar luar biasa ya ibu Emi sudarwati ini, patut di acungi jempol.
Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2015. Tahun 2015
merupakan tahun yang luar biasa untuk ibu Emi Sudarwati, beliau mendapatkan
tugas untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional, awalnya ibu Emi merasa
kurang percaya diri. Namun karena berkat bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala
sekolah, waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi kepada ibu Emi
Sudarwati. Akhirnya, ibu Emi berhasil mengirimkan karya inovasi, meskipun
dengan setengah hati.
Namun tidak di sangka, ternyata beliau mendapat panggilan
sebagai finalis inobelnas. Saat itu bersama dengan 102 guru dari seluruh
Indonesia, Ibu Emi di undang ke Jakarta untuk presentasi. Ternyata bukan hanya
presentasi, tetapi saat itu ada ujian tertulis juga. Setelah selesai lomba,
seluruh finalis lomba di ajak berwisata ke Dufan. Meskipun saat itu ibu Emi
belum mendapat juara, namun ibu Emi sudah cukup bangga, karena sudah bisa
belajar bersama dengan guru – guru yang hebat dari seluruh tanah air. Disamping
itu, ibu Emi juga mendapat rekomendasi dari PSJB untuk mengikuti sayembara di
BBJT. Puji syukur, ibu Emi mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa
berdedikasi. Hal itu di sebabkan karena beliau sudah mampu menerbitkan beberapa
buku karya sastra siswa. Semua itu diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi guru
– guru lain untuk lebih berinovasi lagi. Dengan status baru ini, ibu Emi merasa
memiliki sebuah tanggung jawab secara moral, agar lebih giat menularkan virus
literasi dimanapun juga. Bukan hanya untuk siswa Bojonegoro saja, melainkan
sampai keluar daerah.
Berganti tahun, berganti pula tugas yang di emban ibu
Emi. Pada tahun 2016, ibu Emi mendapat tugas mengikuti seleksi guru prestasi
tingkat kabupaten Bojonegoro. Sebenarnya saat itu sudah untuk kedua kalinya.
Karena banyak guru yang menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya ibu Emi
yang di tunjuk kembali untuk melaksanakan tugas tersebut. Ternyata tidak sia –
sia usaha ibu Emi, karena berhasil menduduki juara tiga dari tiga puluhan
peserta.
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2016, ibu Emi kembali
mengirimkan karya inobel. Saat itu bukan karena inisiatif dari bapak kepala
sekolah, melainkan karena keinginan dari ibu Emi sendiri. Beliau terinspirasi
pengalaman di tahun 2015 lalu. Saat itu bukan karya baru yang ibu Emi suguhkan,
melainkan karya lama yang di edit, dengan tambahan sesuai yang di berikan oleh
dewan juri. Alhasil, ibu Emi mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK ( Seni,
Olah raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba, Ibu Emi mendapat panggilan untuk
Short Course di Negeri Belanda. Belajar sistem pendidikan di negeri kaum
penjajah yang super maju. Saat itu, ibu Emi berkunjung ke dua universitas
terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden. Ibu Emi juga berkunjung ke sekolah –
sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain- lain. Bukan hanya itu, semua
peserta di ajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke
Beussel – Belgia.
Sepulang dari Belanda, ibu Emi masih juga mendapat
panggilan workshop menulis jurnal di kota Bali. Lagi- lagi, disamping belajar
juga berwisata keliling kota terindah di negeri ini. Saat itu, semua peserta
mendapat materi merubah naskah inobel menjadi sebuah jurnal. Tentu itu bukan
hal yang kecil, karena naskah tersebut akan di muat dalam jurnal berkelas
nasional. Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
Memasuki tahun 2017, ibu Emi mendapat undangan untuk
mengikuti workshop literasi di kota Batam. Karena tidak ingin melewatkan
kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga yaitu,
Singapura. Sehari di kota lion itu, dapat melahirkan sebuah buku yang luar
biasa dan di beri judul “Dag Dig Dug Singapura”.
Paska menyandang predikat juara 1 inobelnas, Ibu Emi
belum boleh mengikuti lomba yang sama. Tentunya dalam waktu yang belum bisa di
prediksi. Karena ibu Emi tidak ingin kesepian, akhirnya beliau mengajak teman –
teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. Ibu Emi
menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup
tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalamn
mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi kumpulan buku –
buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan tidak hanya menerbitkan
buku – buku patungan. Namun saat itu lebih banyak menerbitkan SBGI ( Satu Buku
Guru Indonesia ) dan SBSI ( Satu Buku Siswa Indonesia )
Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2018 ratusan buku
telah lahir dari group patungan Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun 2018
ibu Emi lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama group di rubah yaitu
menjadi Penerbit Buku Inspiratif ( PBI ). Beberapa undangan dari daerah –
daerah lain pun mulai berdatangan. Misalkan dari kota Bogor, Sampang, Tuban,
Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain- lain.
Akhirnya ibu Emi berinisiatif, hanya menerima undangan
sebagai narasumber pada hari Sabtu – Minggu atau Jumat sore. Sedangkan di
Bojonegoro, ibu Emi aktif sebagai guru ahli ( GA ) di pusat belajar guru ( PBG
). Selain di PBG, ternyata ibu Emi aktif juga di PGRI. Beliau sebagai juri
lomba guru menulis dan pelatihan menulis buku. Beliau memotivasi guru – guru
Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis.
Beliau juga menghimbau agar guru – guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke
media. Beliau berpesan, jangan berharap sekali kirim langsung tayang atau di
muat. Namun harus lebih bisa sabar, terus – menerus mengirim naskah. Lama –
kelamaan pasti akan di muat juga. Bukan karena penerbit merasa kasihan, tetapi
memang pengalaman menulis itu sangat di perlukan. Dengan terus menerus mengirim
naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis juga. Dari proses tersebut
kita dapat belajar bagaimana kita meminimalisir kesalahan.
Pada tahun 2019, ibu Emi mengawali terbitnya buku kado
cinta 20 tahun dan Haiku. Karya yang indah ini ternyata di tulis berdua bersama
sang suami tercinta. Ibu Emi menulis buku itu dengan harapan bahwa ikatan
pernikahan beliau dengan suami semakin bahagia.
Selanjutnya, masih di tahun yang sama. Ibu Emi ingin
menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan. Buku tunggal yang
pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah. Sedangkan buku
tunggal yang kedua adalah menulis dan menerbitkan buku sampai keliling
nusantara dan dunia. Alhamdulillah, impian ibu Emi pun dapat terwujud. Adapun
untuk patungan, seperti biasanya yaitu, menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno
dan bersama grup patungan Buku Inspiratif. Juga menulis bersama penerbit
pustaka ilalang. Untuk penertiban buku ibu Emi bekerjasama dengan Majas grup (
Penerbit Majas, Dwi Putra Jawa, dan Praktek Mandiri)
Kesimpulan dari ibu Emi, Buku adalah bukti sejarah.
Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, ibu
Emi ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap
karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri. Semoga melalui buku yang
sederhana ini, mampu mengispirasi dan memotivasi banyak orang. Terimaksih ibu
Emi, yang sudah berkenan berbagi ilmu baru yang sangat luar biasa, berbagi
pengalaman yang mampu menggugah tidur kami, berbagi pengetahuan yang mampu memotivasi
kami. Salam Literasi.
Profil Emi Sudarwati
EMI
SUDARWATI. Alumni Jurusan Bahasa Daerah
IKIP Negeri Surabaya tahun 1993 dan lulus tahun 1998. Mengajar di SMPN 1 Baureno ini sejak tahun
2005. Disamping aktif mengajar, juga
telah menulis dan menerbitkan beberapa karya sastra Jawa dan Sastra Indonesia. Editor lebih dari 250 buku karya siswa dan
guru Indonesia.
Sebagai PJ Budaya Lingkungan dan Pembiasaan Sekolah, aktf
sebagai pembina majalah siswa Bhakti
sampai saat ini, Penggagas perpustakaan mini di kelas IXF, dan
mengupayakan pengembangan diri Teater Bhakti.
Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro ini juga sebagai salah
Guru Ahli di Pusat Belajar Guru Kabupaten Bojonegoro.
Penulis novel berjudul Ngilon (2014), Novel Kinanthi (2017),
Rona Hidup (2018), Petualangan Siswa
Indigo (2019), Novel Sujud Sangisore Talang Mas, dan Kumpulan Esai Menulis dan
Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia (2019). Bergabung dengan Persatuan Masyarakan Budaya
Nasional Indonesia (PERMADANI).
Pengelola TBM Kinathi ini juga pimpinan Grup Patungan Buku Inspiratif,
yang sudah menerbitkan hampir 400 buku ber isbn. Pada Tanggal 28 Oktober 2015, mendapat
penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur sebagai Guru Bahasa Jawa Kreatif. Pada tahun yang sama, juga mendapat
penghargaan sebagai finalis Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional.
Pada tahun 2016, sebagai juara
III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bojonegoro. Pada tahun yang sama, juga
sebagai juara I Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional, kategoro SORAK
(Seni, Olah raga, Agama dan Muatan lokal, dan Bimbingan Konseling). Prestasi ini yang mengantarnya berkunjung ke
negeri Kincir Angin Belanda. Mempelajari
sistem pendidikan yang ada di Universitas Windesheim dan Iclon Universitas
Leiden. Juga berkunjung ke
sekolah-sekolah terbaik di Hollan dan Nederlands.